Selasa, 21 Februari 2017



Bugel ya. Bukan Bogel, atau Bugil.. Karena yang bugil di pantai ini cuma ikan. Ikan ya ! bukan putri duyung.

Masih di Jogja. 7 tahun lalu. Tepatnya desa Bugel, yang letaknya ga jauh dari Panjatan. Tempat ortu gue dibesarkan. Adalah sebuah desa di selatan Jogja. Sekaligus nama salah satu pantai di deretan pantai selatan Jogja. Terletak di kabupaten Kulon Progo yang sekarang ga kalah hitz sama Gunung Kidul. Buat informasi aja nih, Gunung Kidul itu sekarang punya banyak pantai keren. Menurut gue, lebih ke marketing yang kreatif. Entah di dipelopori oleh warga sekitar atau pemerintah Daerah Istimema Yogyakarta. Yang jelas, banyak pantai di daerah Gunung Kidul yang disulap jadi tempat hitz di Jogja. Yang keren buat di posting di sosmed.

Gue udah luamaaa banget ga kesini. Jadi yang gue hadirkan disini foto lama gue. Terakhir pulang kampung gue malah ke Glagah, masih sebelahan sama pantai Bugel ini. Agak jauh sedikit aja. Kalo Bugel kira-kira 4 km dari Panjatan, Glagah masih kesonoan lagi. Dilain kesempatan bakal gue bahas Glagah itu.



Dengan jarak segitu, paling lama ditempuh pake sepeda dari panjatan sekitar 20 menit. Itupun lo selow banget, sambil nyapa petani. Di Jogja, terutama tempat gue ini, sapa menyapa itu biasa banget. Walaupun ga saling kenal. Malah terkesan somse kalo ga nyapa. Sekedar anggukan kecil sambil senyum, udah disuruh mampir. "monggo pinarak" gitu. Pinarak itu mampir ya kurang lebih artinya. Baideweiii.. Mampir kemanaaa ? kan lagi papasan di sawah.

Gue kesana sama kakak gue waktu itu. Sepedaan berdua, pake ontelnya simbah. Apa punya Bude or Pakde gue ya. Gue cuma make doang, ada di garasi.



Sampe di pantai Bugel itu. Bingung deh tuh mau ngapain. Pantainya kosong banget, parah. Hampa.. Sejauh mata memandang cuma ada pasir sama ombak yang tingginya bisa mencapai 4 meter lebih. Jangan mimpi ada pohon kelapa di pantai, lo pikir ancol. Ini kosong bener gais. Cocok buat lo yang lagi mau meditasi, atau bikin video ala-ala yang backgroundnya pantai. Karena ga bakal ada yang ganggu lo. Saking sepinya.

Ga lama gue sama kakak gue liat ada satu perahu yang berusaha menepi. Perahu nelayan situ. Dan gue sok iye bantuin dorong-dorong itu kapal ke pinggir. Asliii berat banget. Dari foto-foto gue berapa tahun lalu itu keliatan kan seberapa begengnya gue. Sekarang sih alhamdulillah udah lebih bertenaga. Gue ga bilang gemukan ya. Bertenaga.. Ga mau sombong gue orangnya.

Habis itu dia cerita kalo biasanya dia dapet hasil lebih banyak. Efek gelombang tinggi, cuaca lagi ga bagus, jadi tangkepan dia juga ikut sedikit. Salah satu temennya malah mabok laut. Gokil ga tuh. Nelayan mabok laut.


Yang mau ke pantai ini, bisa nelusurin jalan pinggiran pantai entah itu dari Glagah atau pantai lain. Warga sekitar sih bilangnya ini jalan Daendels. Bahasa mereka mah "Dendles". Tau kan Daendels ? Itu lho penjajah yang maksa pribumi buat bikin jalan Anyer-Panarukan. Dan banyak makan korban jiwa para pekerjanya. Dulu, gue pernah liat ada pohon yang diiket kain putih gitu pas lewat sana. Tapi terakhir lewat bulan Syawal lalu, udah ga ada yang kaya gitu. Adanya spanduk nolak bandara haha.

0 komentar:

Posting Komentar